Pengaruh Kesenjangan Pertumbuhan menurut Gender pada kambing boer

Salah satu kambing penghasil daging terbaik yang didatangkan ke Indonesia adalah kambing Boer. Pertumbuhan yang cepat, toleransi terhadap kondisi lingkungan yang beragam, kualitas daging yang baik sesuai dengan konformasi tubuh, dan kualitas reproduksi yang baik merupakan beberapa keunggulan genetik Kambing Boer.

Kambing Boer jantan dewasa berumur 2-3 tahun dapat memiliki berat antara 110-135 kg, sedangkan kambing boer betina dewasa dapat memiliki berat antara 90-100 kg, menurut penelitian. Persilangan kambing boer murni dengan kambing lokal diproyeksikan dapat mendongkrak produksi kambing lokal, dengan laju pertambahan bobot badan harian berkisar antara 203-204 g. Dengan dilaksanakannya program pemuliaan yang terarah dan berjangka panjang, maka kualitas hasil persilangan akan meningkat.

Pertumbuhan Kambing Boer

Pengukuran berat badan merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai pertumbuhan. Selain jumlah anak yang dihasilkan, bobot badan merupakan kriteria pengukuran yang penting dalam menilai perkembangan pertumbuhan suatu ternak dan juga merupakan salah satu parameter dasar produksi dalam menentukan nilai ekonomisnya.

Rata-rata bobot sapih kambing Boer G1 dan G2 masing-masing adalah 19,89 5,72 kg dan 19,67 1,54 kg. Kambing dengan bobot lahir yang lebih tinggi akan tumbuh lebih cepat dan mencapai bobot sapih yang lebih tinggi. Karena ada hubungan genetik antara berat lahir dan berat menyapih, serta pertambahan berat badan sejak lahir hingga disapih, inilah masalahnya.

Pada saat penyapihan, rata-rata lingkar dada anak kambing boer masing-masing adalah BG1 43,75 cm dan BG2 44,02 cm. Lingkar dada kambing boer penyapihan diukur dengan menggunakan pita pengukur yang dililitkan pada dada kambing di belakang siku.

Rata-rata panjang tubuh kambing Boerawa G1 umur satu tahun adalah 63,73 cm; panjang tubuh dari sampel yang berbeda mempengaruhi statistik dan estimasi secara berbeda, dan panjang tubuh juga merupakan salah satu parameter tubuh yang berhubungan langsung dengan kinerja ternak. Tinggi bahu adalah ukuran tubuh lain yang dapat digunakan untuk melengkapi data lain untuk menilai kinerja ternak.

Kesenjangan Pertumbuhan menurut Gender

Hormon yang dihasilkan jantan dan betina berbeda. Hormon jantan (testosteron) dapat merangsang dan merangsang, menyebabkan sapi jantan tumbuh lebih cepat daripada sapi betina, sedangkan hormon betina (estrogen) mengandung hormon katabolik yang dapat mengurangi dan menghambat resorpsi tulang. Kegiatan menyusui dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar kelangsungan hidup dan pertumbuhan, dengan kebutuhan nutrisi yang meningkat seiring dengan peningkatan berat badan.

Bobot sapih kambing jantan lebih tinggi daripada kambing betina karena bobot lahir kambing jantan lebih tinggi dari kambing betina sehingga menghasilkan pertumbuhan yang lebih unggul. Berat badan menyapih dipengaruhi terutama oleh berat badan lahir dan lingkungan, terutama suplai ASI.

Menurut penelitian, kambing dari ibu yang lebih tua memiliki bobot penyapihan dan pertambahan berat badan yang lebih tinggi daripada kambing dari ibu yang lebih muda, karena fakta bahwa ibu yang lebih muda menghasilkan susu 30% lebih sedikit selama menyusui pertama. tua.

Pertambahan bobot kambing jantan dan betina sejak lahir sampai umur 3 bulan menunjukkan pertumbuhan kambing muda selama penyapihan, namun pertumbuhannya tidak seragam pada setiap interval waktu. Perbedaan bobot sapih antara kambing jantan dan kambing betina terlihat jelas dalam lintasan pertumbuhannya. Dominasi kambing jantan dalam hal pola pertumbuhan akan berlangsung lama.

Karena memiliki fisik yang terbukti dengan tulang rusuk yang fleksibel, panjang tubuh, dan otot yang luar biasa, kambing Boer memiliki potensi genetik yang tinggi dan merupakan jenis daging yang baik. Selain itu, ukuran tubuh kambing lokal (induk) yang diternakkan dan ransum pakan yang dikonsumsi mempengaruhi ukuran tubuh dan laju pertumbuhan anak yang dilahirkan.